Beijing (ANTARA) – Para peneliti China mengembangkan sebuah kerangka kerja hibrida untuk melacak sumber dan perubahan emisi karbon dioksida (CO2) di jalan raya secara aktual dengan resolusi 30 meter, menurut sebuah artikel penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan dalam jurnal Sustainable Cities and Society.
Teknologi itu sedang diterapkan di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China selatan, dan diharapkan dapat digunakan di lebih banyak kota di masa depan untuk menilai dan mendorong pengurangan emisi CO2 di jalan-jalan raya perkotaan. Perluasan perkotaan dan mobilitas penduduk telah mendorong peningkatan berkelanjutan dalam emisi karbon dioksida di jalan raya, menimbulkan berbagai tantangan signifikan dalam hal regulasi iklim lokal, kesehatan masyarakat, dan netralitas karbon.
Salah satu keterbatasan utama inventaris emisi karbon sebelumnya adalah resolusi spasialnya yang kasar, ungkap Wang Li, penulis koresponden artikel tersebut sekaligus peneliti di Institut Penelitian Informasi Antariksa (Aerospace Information Research Institute) di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China.
Kekurangan detail itu memuat peneliti sulit menangkap variasi skala kecil dalam emisi dari berbagai segmen jalan raya atau dari waktu ke waktu. Akibatnya, semakin sulit melacak sumber emisi secara akurat atau menjelaskan penyebabnya, kata Wang. Pengembangan metode pemantauan presisi untuk analisis multifaktor tingkat karbon dioksida di jalan raya dianggap sangat penting untuk pengurangannya yang efektif.
Wang dan timnya mengembangkan kerangka kerja mereka yang menggabungkan Panoptic-Artificial Intelligence (Panoptic-AI) dan sebuah kerangka kerja pengamatan bergerak untuk memprediksi konsentrasi CO2 di jalan raya dengan resolusi 30 meter per jam dan memberikan prediksi peningkatan dinamis karbon dioksida pada jaringan lalu lintas perkotaan saat siang hari.
Pengembangan itu mengintegrasikan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dengan kamera panoramik, penganalisis gas rumah kaca berpresisi tinggi, dan sensor meteorologi untuk secara bersamaan mengumpulkan data multisumber tentang konsentrasi karbon dioksida di jalan raya, volume lalu lintas, tata letak bangunan, cakupan vegetasi, dan kondisi meteorologi selama survei mobile.
Tim peneliti berhasil mencapai akurasi identifikasi rata-rata lebih dari 93 persen untuk sumber emisi. Selain itu, kerangka kerja ini dapat mengukur pengaruh dari faktor individu seperti kondisi lalu lintas, cakupan lahan di sekitarnya, dan variabel meteorologi sehingga dengan jelas mengungkap dinamika spasial-temporal dan mekanisme pendorong emisi karbon.
“Teknik ini mewakili penerapan inovatif AI dalam pemantauan lingkungan, serta memungkinkan terciptanya sistem pemantauan karbon multidimensi dan spektrum penuh yang dikombinasikan dengan inventaris emisi konvensional dan teknologi pemantauan gas rumah kaca berbasis satelit,” kata Wang.
Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025