Berita

Kemen ESDM soroti pentingnya pengelolaan baterai EV pasca pakai

×

Kemen ESDM soroti pentingnya pengelolaan baterai EV pasca pakai

Sebarkan artikel ini


Jakarta (ANTARA) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menekankan pentingnya pengelolaan baterai kendaraan listrik (EV) pasca pakai sebagai bagian dari pembangunan ekosistem EV yang berkelanjutan di Indonesia.

Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kemen ESDM Harris di Jakarta pada Kamis mengungkapkan bahwa baterai bekas, meskipun tidak lagi optimal untuk kendaraan, masih memiliki potensi pemanfaatan dalam bentuk “second life” atau dapat dipakai kembali, seperti untuk sistem penyimpanan energi (storage system).

“Kalau kapasitas baterai itu sudah turun ke 75-70 persen itu harus dicarikan pengelolaannya, tidak juga langsung di recycle (daur ulang), masih ada second life yang berpotensi untuk digunakan, storage system,” ujar Harris.

Baca juga: Istana: Proyek pabrik baterai tetap lanjut meski Dirut IBC tersangka

Baca juga: RI luncurkan proyek besar baterai EV di Jawa Barat

Selain didaur ulang, yang juga penting untuk pengelolaan baterai bekas, Harris menjelaskan bahwa pemanfaatan baterai bekas kendaraan listrik sebagai sistem penyimpanan energi sangat relevan dengan arah kebijakan pemerintah dalam mendukung transisi energi nasional.

Hal ini terutama penting karena energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin memiliki sifat intermittent atau tidak stabil, sehingga membutuhkan dukungan sistem penyimpanan (storage system) agar pasokan listrik tetap andal.

“Karena kita paham bahwa menuju energi transisi, energi surya, energi angin yang sifatnya intermittent itu akan dikembangkan secara masif, dan ini tidak bisa berdiri sendiri, harus didukung dengan sistem storage, tentu ini (penggunaan baterai bekas) menjadi sangat relevan,” kata Harris.

Harris menambahkan, dengan pengelolaan yang tepat, baterai EV pasca pakai tidak harus langsung didaur ulang, melainkan bisa diberikan “second life” melalui penerapan sebagai media penyimpanan energi, terutama untuk mendukung pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berbasis baterai di daerah-daerah yang belum terjangkau listrik.

“Saat ini Indonesia masih memiliki puluhan ribu desa yang belum memiliki akses listrik yang baik, dan solusi yang paling cepat adalah membangun PLTS berbasis baterai di tempat itu sebagai tambahan,” jelasnya.

Menurut Harris, pemanfaatan baterai bekas dalam sistem kelistrikan bukan hanya mendukung ekosistem kendaraan listrik yang berkelanjutan, tetapi juga berperan dalam memperluas akses energi, pemberdayaan masyarakat, pengembangan ekonomi daerah, dan mendorong investasi pada sektor energi bersih.

“Ekosistem ini kita harapkan bisa menyentuh tidak hanya kendaraan listriknya, tetapi juga aspek kelistrikannya, aspek pemberdayaan masyarakatnya, aspek pengembangan ekonominya, pengembangan kapasitas, serta pembiayaannya. Dan tentu semua ini memerlukan kolaborasi,” Harris menambahkan.

Baca juga: Satgas Hilirisasi jelaskan upaya RI produksi mobil listrik domestik

Baca juga: MG4 baru akan menjadi EV pertama dengan baterai semi-solid state

Baca juga: Panasonic tidak tambah kapasitas produksi baterai untuk Tesla

Pewarta:
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

liburan ke jepang bang opang ini pun terwujud berkat hujan wild mahjong waysberhasil untung 100juta dari mahjong wins mas anto semakin yakin pakai tombol gacorslot gacor